20240622

Akhirnya Tiba Saatnya...

Mowi lulus TK. It is very true when people say the days are long but the years are short. Tanpa sadar, 2 tahun berlalu begitu saja, rasanya sekejap meski nyatanya ada sekitar 700 hari yang terlewati. Perjalanan kami di sekolah pertama Mowi (iya, kami, karena nyatanya seluruh elemen keluarga ikut berproses selama Mowi sekolah) rasanya nano-nano. Mainly excited and proud, karena ada banyak sekali lompatan dan milestones Mowi yang tidak disangka-sangka... dari anak yang nangis tiap hari selama 2 minggu awal sekolah jadi anak yang berani berbicara di depan umum, dapat diandalkan dan bertanggung jawab.

Rasanya terharu, gitu.

Tapi tulisan ini bukan tentang Mowi, meski ada hubungannya dengan Mowi (lho, gimana?). Tulisan ini kubuat awalnya hanya di notes hp, di hari ketika emosiku meluap-luap.. tapi terus kuingat ada blog ini yaudah kupindahkan lah isi kepala dan emosiku ke sini untuk menjadi jejak digital agar bisa terus kubaca ulang setiap merasa rindu (caelah).

A meme is a meme but I still give credit, tho.

Dulu, waktu awal Mowi sekolah, aku sempat merasa aku nggak akan bisa aktif bersosialisasi sama ortu siswa lain karena aku harus kerja. Rasanya nggak akan sempet, gitu lho. Kuputuskan aku akan jadi ortu siswa yang netral, tidak terlalu aktif untuk jadi korlas atau apa gitu tapi tidak terlalu pasif sampai silent reader di grup. B aja, lah nggak usah heboh baru juga TK, begitu pikirku 2 tahun lalu.

BORO-BORO, SHAY! 

Ternyata bukan cuma Mowi yang punya teman baru di sekolah ini, aku juga punya teman baru. Teman baruku ya ortu teman-teman sekelas Mowi, hehehe. Orang-orang yang awalnya kuniatkan berteman sambil lalu (yekaan, niatnya mau jadi ortu B aja kan...) ternyata malah jadi orang yang kutangisi karena harus berpisah. Semua terasa berat, setelah menjalani 2 tahun dengan banyak cerita. 

Tahu rasanya kalau nahan nangis?

Rasanya ada gumpalan besar di ujung tenggorokan, menahan suara dan napas untuk keluar karena kalau ada satuuuu saja suara atau napas terhembus, gumpalan itu hilang tapi terus nangis.

Itu yang dua bulan terakhir aku rasakan, setiap kali membayangkan kelulusan Mowi dari TK ini.

Bayangan akan perpisahan selalu memunculkan gumpalan besar itu, rasa sedih itu, semata-mata karena aku tahu setelah kelulusan, aku akan berpisah dengan teman-temanku karena anak-anak kami beda sekolah. Sesederhana itu, tapi buatku sungguh sangat kompleks.

Tidak mudah menerima kenyataan bahwa orang-orang yang selama 2 tahun ini kujadikan sandaran, tempat diskusi, tempat gosip, tempat curhat, akan hilang dari rutinitas sehari-hariku. Berat menerima bahwa mungkin nanti hanya aku yang akan merasa kangen, tapi perubahan dan perkembangan kehidupan membatasi atau bisa jadi menjauhkan. Pedih membayangkan aku tidak bisa langsung melempar isu untuk ngobrol atau gosip dan dijawab dengan instan langsung nyambung karena kami ada dalam satu kolam yang sama.

Hufff segalanya terasa overwhelming sampai aku merasa malu sendiri kenapa aku bisa sebegininya merasa sedih hahahaha...

Tapi rasa sedih itu nyata, rasa sedih itu valid.

Mari kita tuangkan...

No comments:

Post a Comment

Any comments?