20240624

BFC, 911-ku

Ceritaku sama kalian dimulai dari satu grup WhatsApp yang kubuat untuk mengumpulkan ortu murid sekelas Mowi. Aku yang memang heri--heboh sendiri--dan inisiatif berlebihan aja gitu bikin grup duluan sebelum disuruh sama Bu Guru, cuman supaya bisa kenalan aja sama ortu temen sekelas Mowi. 

Dari situ... tiba-tiba kalian jadi bagian hidup.

Pertemanan dengan sesama Mamah di sekolah Mowi yang kuniatkan awalnya B aja, ternyata malah jadi faktor terberat untuk berpisah. Ya gimana nggak berat.. 2 tahun temenan isinya kalau gak bercanda, cela-celaan, ngegosip, curhat... aku berhasil melalui hamil Mora dan segala drama postpartumnya ya salah satunya karena ada kalian ini, yang bersedia mendengarkan curhatan dan menghibur kala hati gundah (caelah).

Kapan lagi bisa klik sama sekian banyak orang yang meski rentang usianya beragam (siap ditimpuk sm Bunda, Mamatha dan Ibu Anin wkwkwkwk) tapi beneran bisa klik, klik gitu lhoooo yang kalau tatapan mata bisa langsung ngerti dan ketawa. Ngerti, kan?

Nggak ngerti juga kenapa aku bisa benar-benar merasa nyaman dengan kalian, sampai bisa merasa aman dan tanpa malu minta tolong ini itu... nitip lihatin anak-lah, nitip pesenin sarapan, nebeng sarapan, pinjem nebulizer, sampai bersatu padu bahu membahu menyiapkan acara pentas seni anak-anak. Nggak akan pernah bisa aku lupakan 3 hari menuju pentas seni ketika asma Mowi kambuh dan aku panik kepalaku berisik banyak sekali what ifs dan skenario yang harus aku pikirkan... tapi kalian, yang selalu aku chat gak kenal waktu mau itu di whatsapp atau di kehidupan nyata, menenangkan aku dan mengingatkan kalau manusia itu memang jatahnya usaha semaksimal mungkin, selebihnya biar Allah yang urus.

Ih kenapa sih sedih banget rasanyaaaaaaa? 😔

Terima kasih, ya...
Untuk setiap obrolan yang selalu ngalor ngidul kaditu kadieu segala topik diobrolin sambung-menyambung menjadi satu
Untuk setiap tawa yang mengiringi hari-hari
Untuk setiap peluk yang diberi kala berjumpa di pagi hari
Untuk setiap tatapan mata yang bisa menenangkan hati (atau justru makin membakar emosi, HAHA)

Terima kasih, ya...
Sudah menemani perjalanan 2 tahun ini
Sudah menenangkan kala hati gusar dan gundah
Sudah menjadi tempat bersandar,
tempat bertanya, dan
tempat meminta sarapan

Terima kasih sudah mau mendengarkan ocehanku pagi-siang-malam, menanggapi setiap ide gila yang keluar dari kepalaku, mendinginkan aku yang suka cepat panas... terima kasih sudah sayang sama anak-anakku seperti mereka adalah anak-anak kalian juga. Terima kasih sudah menyematkan panggilan mamow yang hingga kini melekat. Terima kasih untuk selalu mengerti dan memaklumi, terutama karena aku dan pekerjaanku yang ritmenya sulit ditebak. Terima kasih sudah memberi standar tinggi dalam berteman, lumayan jadi ada patokannya lah untuk berteman di masa sekolah selanjutnya.

Sungguh rasanya seperti aku ketemu sepupu jauh, yang baru kutahu keberadaannya 2 tahun lalu, yang kehadirannya bisa menenangkan jiwa dan menghadirkan rasa gembira. Bagai kunci ketemu gembok, pas banget, bok! Entah kenapa rasanya memang sesedih ini mau pisahan, padahal anak-anaknya mungkin B aja. Emaknya aja yang emosi berlebih sampai segininya... kayak yang bakal pisah benua gitu loh rasanya padahal rumah deketan, HAHAHA

Mungkin karena semua pertemanan didasari rasa sayang dan tulus hati, tanpa pretensi, bukan basa-basi. Sedih deh nggak ada lagi yang bisa ketawa bareng karena kompak datang telat ke sekolah HAHAHA  nggak ada lagi deh forum kukulutus... nggak ada lagi deh temen ngobrol pas pengajian sampe dimarahin buguru.. hiks.. Tolong jangan bosan kalau aku selalu chat bilang kangenlah atau apalah ngajak ngobrol random, harap maklum. Semoga silaturahim di masa depan bisa selalu kita jaga dan semoga kalian selalu dalam lindungan Allah, aamiin.

Hei,
sampai jumpa di lain hari
untuk kita bertemu lagi
kurelakan dirimu pergi
Meskipun
ku tak siap untuk merindu
ku tak siap tanpa dirimu
kuharap terbaik untukmu

-Mamow

20240622

Akhirnya Tiba Saatnya...

Mowi lulus TK. It is very true when people say the days are long but the years are short. Tanpa sadar, 2 tahun berlalu begitu saja, rasanya sekejap meski nyatanya ada sekitar 700 hari yang terlewati. Perjalanan kami di sekolah pertama Mowi (iya, kami, karena nyatanya seluruh elemen keluarga ikut berproses selama Mowi sekolah) rasanya nano-nano. Mainly excited and proud, karena ada banyak sekali lompatan dan milestones Mowi yang tidak disangka-sangka... dari anak yang nangis tiap hari selama 2 minggu awal sekolah jadi anak yang berani berbicara di depan umum, dapat diandalkan dan bertanggung jawab.

Rasanya terharu, gitu.

Tapi tulisan ini bukan tentang Mowi, meski ada hubungannya dengan Mowi (lho, gimana?). Tulisan ini kubuat awalnya hanya di notes hp, di hari ketika emosiku meluap-luap.. tapi terus kuingat ada blog ini yaudah kupindahkan lah isi kepala dan emosiku ke sini untuk menjadi jejak digital agar bisa terus kubaca ulang setiap merasa rindu (caelah).

A meme is a meme but I still give credit, tho.

Dulu, waktu awal Mowi sekolah, aku sempat merasa aku nggak akan bisa aktif bersosialisasi sama ortu siswa lain karena aku harus kerja. Rasanya nggak akan sempet, gitu lho. Kuputuskan aku akan jadi ortu siswa yang netral, tidak terlalu aktif untuk jadi korlas atau apa gitu tapi tidak terlalu pasif sampai silent reader di grup. B aja, lah nggak usah heboh baru juga TK, begitu pikirku 2 tahun lalu.

BORO-BORO, SHAY! 

Ternyata bukan cuma Mowi yang punya teman baru di sekolah ini, aku juga punya teman baru. Teman baruku ya ortu teman-teman sekelas Mowi, hehehe. Orang-orang yang awalnya kuniatkan berteman sambil lalu (yekaan, niatnya mau jadi ortu B aja kan...) ternyata malah jadi orang yang kutangisi karena harus berpisah. Semua terasa berat, setelah menjalani 2 tahun dengan banyak cerita. 

Tahu rasanya kalau nahan nangis?

Rasanya ada gumpalan besar di ujung tenggorokan, menahan suara dan napas untuk keluar karena kalau ada satuuuu saja suara atau napas terhembus, gumpalan itu hilang tapi terus nangis.

Itu yang dua bulan terakhir aku rasakan, setiap kali membayangkan kelulusan Mowi dari TK ini.

Bayangan akan perpisahan selalu memunculkan gumpalan besar itu, rasa sedih itu, semata-mata karena aku tahu setelah kelulusan, aku akan berpisah dengan teman-temanku karena anak-anak kami beda sekolah. Sesederhana itu, tapi buatku sungguh sangat kompleks.

Tidak mudah menerima kenyataan bahwa orang-orang yang selama 2 tahun ini kujadikan sandaran, tempat diskusi, tempat gosip, tempat curhat, akan hilang dari rutinitas sehari-hariku. Berat menerima bahwa mungkin nanti hanya aku yang akan merasa kangen, tapi perubahan dan perkembangan kehidupan membatasi atau bisa jadi menjauhkan. Pedih membayangkan aku tidak bisa langsung melempar isu untuk ngobrol atau gosip dan dijawab dengan instan langsung nyambung karena kami ada dalam satu kolam yang sama.

Hufff segalanya terasa overwhelming sampai aku merasa malu sendiri kenapa aku bisa sebegininya merasa sedih hahahaha...

Tapi rasa sedih itu nyata, rasa sedih itu valid.

Mari kita tuangkan...

Permisi...

Image by upklyak on Freepik

Iyaaaaaaaaaa terakhir nulis di sini 5 tahun lalu.
Iyaaaaaaaaaa ngaku tadi lupa dulu daftar blog ini pakai email yang mana (HAHA!)
Nanti deh permohonan maaf lengkapnya (siapa yang minta? Idih)
Aku butuh meluapkan emosi dulu, ehehehe